Sabtu, 31 Juli 2010

Wartawan Merauke Tewas,Diduga Dibunuh

MERAUKE [PAPOS]-Setelah menghilang beberapa hari lalu, Ardyansah Matrais [25] berhasil ditemukan setelah sepeda motor miliknya bersama helm dan sandal ditemukan di Jembatan Tuju Wali-Wali oleh keluarga, namun sudah dalam keadaan tewas. 

Korban ditemukan dalam kondisi telanjang, tanpa sehelai pakaian oleh masyarakat di pinggir Kali Maro tepatnya di bawah sebuah jembatan darurat di Gudang Arang pada Jumat (30/7) sekitar pukul 07.00 Wit. 

Dari pantauan Papua Pos di tempat kejadian perkara (TKP), ratusan masyarakat berdatangan di lokasi guna melihat jasad korban yang sudah membengkak dan terkelupas itu. Warga setempat tidak mengetahui jika korban adalah salah seorang wartawan televisi lokal milik Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Merauke. Satu jam kemudian baru datang keluarga dan satu diantara mereka memastikan jika dia adalah Ardyansah meski hanya melihat dari jarak jauh. 

Ciri-ciri korban adalah Ardyansah setelah dilihat dari kuku, postur tubuh dan juga bagian wajah. Untuk mengetahui penyebab kematian korban petugas kemudian membawa jenazah ke kamar mayat Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Merauke guna dilakukan otopsi. 

Ibu kandung dan isteri korban yang melihat jenazah korban berteriak histeris, setelah melihat cirri-ciri pada tubuh korban yang ada pada bagian bibir atas, terdapat bekas luka jahitan. 

Sementara beberapa sumber mengungkapkan kekhawatiran mereka terhadap korban yang ditemukan dengan tidak mengenakan sehelai pakaian di badan. Jikalau dia meninggal karena tenggelam, tentunya pasti ada pakaian di badan. Apalagi dia pun baru menghilang dua hari lalu. 

Keluarga merasa janggal kematian korban, karena tidak mengenakan sehelai benangpun. Sehingga diduga adanya unsure kejahatan.

“Kita merasa khawatir dengan tewasnya korban ini. karena saat bersangkutan menghilang, banyak pesan singkat dengan nada-nada ancaman pembunuhan dialamatkan kepada sejumlah wartawan di Kota Merauke. Untuk itu, perlu dilakukan penyelidikan lagi guna mengungkap kasus kematian Ardyansah sehingga lebih jelas dan transparan lagi,” pinta mereka.
Setelah dilakukan visum luar dan dimandikan di ruangan kamar mayat RSUD, korban langsung dibawa pulang ke rumah dan disemayamkan sesaat dan di antar ke tempat peristirahatan terakhir. Untuk diketahui saja bahwa sebelum bergabung dengan Merauke TV, korban adalah kontributor ANTV di Merauke. Setelah itu, berangkat ke Jayapura dan bergabung dengan Majalah Foja di Jayapura. Terakhir, almarhum bergabung di Tabloid Jubi selama beberapa bulan dan setelah itu kembali Merauke. 

Kabag Ops Polres Merauke, Kompol Jefri Siagian mengatakan, pihaknya belum bisa memastikan kematian korban. “Memang kita menghendaki agar sebaiknya dilakukan otoupsi, namun keluarga menolak sehingga hanya dilakukan visum di luar. Meski begitu, polisi akan terus melakukan pengembangan dengan penyelidikan lebih lanjut guna mengungkap yang pasti dan jelas,” kata Siagian. 

Sementara itu, Jojo Pemret Koran Rajawali mengatakan, sebelum tewasnya wartawan Merauke TV memang akhir-akhir ini banyak beredar ancaman terhadap wartawan setempat melalui SMS atau pesan singkat yang diduga terkait proses pilkada yang berlangsung di Bumi Animha itu. 

"Dalam pesan singkat itu, wartawan diancam dibunuh dan tidak akan ada tindakan dari polisi dan TNI. Beberapa wartawan telah melaporkan kasus ini ke Polres Merauke," katanya. 

Dia mengakui, dengan beredarnya pesan singkat itu para jurnalis yang bertugas di Merauke, merasa tidak tenang menjalankan tugasnya karena diancam akan dibunuh. Pengancaman yang diterima melalui pesan singkat atau SMS ini sudah terjadi sejak beberapa hari ini. 

Menurutnya, SMS ancaman ini diduga kuat terkait pemilihan kepala daerah yang sedang berlangsung di Merauke. Selain mengancam wartawan, isi dari pesat singkat itu juga merendahkan kinerja Polisi dan TNI setempat.
Berikut salah satu SMS berisi ancaman yang diterima wartawan 

"Para wartawan pengecut jangan pernah bermain api kalautmau terbakar. Karena api akan membakar sekujur tubuh.Kalau masih mau makan di tanah ini, jangan membuat aneh.Kami sudah mendata kalian semua dan bersiap-siaplah untuk dibantai," [frans]

Ada Juga Calon Kapolri Berbintang Dua

JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas), yang juga Menteri Politik Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto, mengakui bahwa Kepala Kepolisian Negara RI Jenderal (Pol) Bambang Hendarso Danuri telah mengirim beberapa nama calon Kapolri.

Nama-nama yang terdiri dari perwira Polri berbintang tiga dan dua dikirimkan Kapolri sekitar dua pekan lalu.

"Saya tidak mau menyebut jumlahnya berapa (yang dicalonkan). Akan tetapi benar, ada beberapa. Ada yang bintang tiga dan ada yang bintang dua," kata Djoko, menjawab pers di Kantor Presiden, Kompleks Istana, Jakarta, Jumat (30/7/2010) malam.

Menurut Djoko, Kompolnas hingga saat ini belum memproses dan mengevaluasinya. "Pak Bambang kan pensiunnya Oktober mendatang," kata Djoko.

Saat pers mendesak kira-kira kapan nama Kapolri baru akan digodok, Djoko dengan bercanda menjawab," Tunggi musim durian ya."

Tentang kriteria untuk menjadi Kapolri, Djoko menyatakan, syaratnya tidak hanya normatif seperti kapasitas, kapabilitas, dan integritas. "Akan tetapi, harus bisa menyelesaikan masalah-masalah yang aktual seperti sekarang ini, yang menjadi perhatian publik," katanya.

Ditanya masalah-masalah apa, Djoko menjawab, "Ya, masalah aktual seperti sekarang ini. Sebut saja kaitan kasus Gayus Tambunan (pegawai Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan yang melakukan mafia pajak dan akhirnya melibatkan oknum Polri) dan lainnya," jelas Djoko.

Jumat, 30 Juli 2010

Agar Papua Lebih Maju, UU Otonomi Khusus Harus Dievaluasi

Jakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meminta agar Pemprov Papua diaudit lantaran masih lambannya pembangunan. Sementara anggaran untuk provinsi paling timur Indonesia tersebut paling banyak.

Menjawab masalah ini, UU Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Papua harus dievaluasi.

"Jadi kalau Bapak Presiden meminta ini diaudit, ini dalam kerangka amanat UU 21 itu sendiri. Jadi prinsipnya dalam kerangka UU 21 itu sendiri perlu dievaluasi setiap tahun," papar mantan Gubernur Sumatera Barat ini.

Untuk tahun 2009 saja, menurut Gamawan, anggaran Papua mencapai Rp 6,6 triliun. Ini adalah angka tertinggi dibanding dengan provinsi lain di Indonesia.

Gamawan menambahkan, kepala daerah dipilih secara demokratis oleh partai atau golongan tertentu. Namun di lain pihak ada tugas-tugas penyelenggaraan pemerintahan bagi kepala daerah itu.

"Jadi ini 2 hal yang di satu sistem politik, yang satu sistem pemerintahan desentralisasi. Kekuasaan itu kan bersumber kepada presiden, kekuasaan penyelenggaraan pemerintahan berada di tangan presiden. Lalu, diselenggarakan dalam prinsip desentralisasi," jelas Gamawan.

Nah, kemudian jika ada satu atau dua kepala daerah yang tidak konsen mengurusnya, walaupun dia dipilih rakyat, presiden berhak untuk menegur, mengingatkan memberikan hukuman.

"Inilah yang memerlukan jaminan bahwa penyelenggaraan pemerintah itu dengan efektif dan baik," imbuhnya.

Wartawan Papua yang Hilang Ditemukan Tewas

VIVAnews - Setelah dua hari dinyatakan hilang, Ardiansyah Matra'is, wartawan TV Merauke, akhirnya ditemukan meninggal. Dia ditemukan  di sekitar sungai Gudang Arang, Merauke, Papua, sekitar pukul 06.30 WIT, Jumat 30 Juli 2010.

Saat ditemukan oleh Tim SAR, Ardiansyah sudah dalam keadaan tak bernyawa. Tubuhnya telanjang, dan terapung di sungai. Tim SAR dan polisi menemukan jasadnya terseret arus sungai Gudang Arang. Setelah dievakuasi ke daratan, jasad Ardiansyah dibawa ke Rumah Sakit Umum Merauke untuk dilakukan autopsi. Tapi rencana ini tampaknya batal karena pihak keluarga menolak autopsi.

Hingga saat ini belum diketahui penyebab kematian Ardiansyah. Informasi yang beredar, dia diduga dibunuh, atau bunuh diri. Sikap keluarga Ardiansyah yang menolak otopsi atas jasad wartawan TV lokal itu menyulitkan pengungkapan sebab kematiannya. Hingga saat ini, polisi belum memberikan keterangan apapun terkait kematian korban.

Sebelum bergabung dengan TV Merauke, Ardiansyah adalah wartawan Tabloid Jubi, kontributor ANteve, dan wartawan harian Rajawali.

Kematian Ardiansyah kian menebarkan ketakutan di antara jurnalis di Merauke. Selama sepekan terakhir, sejumlah wartawan Merauke mendapat teror ancaman pembunuhan dari orang tak dikenal.

Diduga kuat, ancaman itu terkait pemberitaan tentang perusakan Baliho Pemikukada Kabupaten Merauke.(np)

Laporan: Banjir Ambarita | Papua
• VIVAnews

OPM Sebar Video Ancaman


VIVAnews - Organisasi Papua Merdeka (OPM) menyebar video rekaman ancaman akan terus melancarkan serangan ke aparat keamanan Indonesia, bila selalu menghambat perjuangan rakyat Papua yang ingin merdeka.

Pernyataan tersebut diutarakan Sekjen Panglima OPM Anton Tabuni dalam video rekaman yang disebarkan ke masyarakat Papua, hari ini, Kamis 22 Juli 2010. Video itu juga mengajak rakyat Papua untuk bersama-sama berjuang melawan pemerintah Indonesia.

"Atas nama Panglima Tertinggi OPM Goliat Tabuni, sebagai bentuk perjuangan, OPM akan terus melancarkan serangan terhadap aparat keamanan Indonesia maupun pihak-pihak yang ingin menghentikan perjuangan mereka. Sekalipun presiden Indonesia terus menerus menambah pasukan di Tingginambut Puncak Jaya," kata Tabuni.  

Jadi, kata perwakilan OPM itu, "Siapapun dia, baik sipil yang menyamar maupun aparat keamanan, akan kami tumpas dari bumi Papua,'' tegasnya.

Dalam gambar rekaman video itu juga terekam pelaksanaan kongres OPM di wilayah Tingginambut Puncak Jaya, yang di mulai dengan upacara adat Pegunungan Papua, serta upacara pengibaran 3 bendera bintang kejora, simbol Papua Merdeka.

Anton Tabuni juga meminta bangsa Papua mendukung kemerdekaan Papua Barat, karena tidak ada alasan lagi untuk menunda-nunda dan tidak bisa di tawar lagi. Aparat keamanan indonesia agar segera menyerah dan angkat kaki dari Papua sambil menyuarakan Papau Merdeka.
"Kemerdekaan Papua adalah hak segala bangsa maka penjajah diatas Papua harus keluar dari Papua," tuturnya.

Video tersebut merupakan, pernyataan resmi OPM terhadap rakyat Papua yang menginginkan kemerdekaan bangsa papua, yang' diselenggarakan
di pusat pertahanan Distrik Tingginambut Puncak jaya 31 Juni tahun 2010.

Sementara, Kapolda Papua Irjen Bekto Suprapto dan Panglima XVII Cenderawasih Mayjen Hotma Marbun mengimbau Goliat Tabuni dan pengikutnya menyerah, dan menghentikan serangan-serangan terhadap warga Papua. (hs)

Laporan: Banjir Ambarita | Papua
• VIVAnews

Kamis, 29 Juli 2010

Sebut Pepera Final, Meset Dinilai Keliru

JAYAPURA—Pernyataan Mantan Tokoh OPM, Nicholas Meset yang menyebutkan Papua final dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Mahkamah Internasional, mulai mengundang kontra, kali ini datang dari rekan-rekan seperjuangnya. 

Kepada media ini, Selasa (27/7) malam kemarin, Juru Bicara Political West Papua Saul Bomoy kepada Bintang Papua mengatakan, pernyataan Nicholas Meset merupakan pembohongan terhadap perjuangan rakyat Papua Barat yang dilakukan,
karena berada dalam tekanan dan keterpaksaan.

Menurutnya, Pepera 1969 itu belum final dan Mahkamah Internasional maupun badan keamanan dunia (PBB) sejak tahun 1969 hingga saat ini tidak pernah mengeluarkan pernyataan ataupun keputusan yang menyebutkan bahwa Papua merupakan bagian dari NKRI. “Papua dalam NKRI itu karena hasil rekayasa Pepera 1969, hasil rekayasa bukan murni,” tegasnya mengulang.

Oleh karena itu pihaknya, lanjut Bomoi, menyarankan kepada Nicolas Meset untuk menghentikan manuver politiknya yang selalu menyebutkan bahwa Papua sudah final dalam NKRI , karena hal tersebut adalah pembohongan, sebaiknya Nicholas Meset memilih diam dan tidak banyak berkomentar soal masalah Politik Papua. “Jangan terus menutupi kebenaran, kau sebaiknya pasimaut, (tutup mulut) dan kau sudah kalah dalam berpolitik bagi Papua Barat, yu tipu dan yu, tutup mulut dan diam-diam di Papua kita berdosa terhadap rakyat Papua Barat,” ungkapnya.

Bomoy yang juga merupakan korban Daerah Operasi Militer (DOM) menegaskan bahwa ferendum rakyat Papua Barat merupakan satu-satunya cara paling demokratis di dunia. “Ini mekanisme demokrasi, hukum dan humanisme (HAM) untuk penentuan nasib sendiri, sesuai dengan declaration of humanisme and united nation,” terangnya.

Dia juga menuding bahwa manuver politik yang dilakukan Nicholas Meset karena yang bersangkutan telah buat kontrak politik dengan Pemerintah Indonesia sehingga hal itu bisa dimaklumi. “Dialog antara pemerintah RI dengan Rakyat Indonesia juga harus dihentikan karena itu bukan solusi, itu memperumit serta memperpanjang konflik di Papua Barat,” singgungnya.(***)
JUBI --- Puluhan aktivis Komite Nasional Papua Barat (KNPB) menggelar unjuk rasa di Abepura, Jayapura, Rabu (28/7). Mereka mempertanyakan mandeknya penyelidikan sejumlah kasus korupsi di Papua. 

Massa yang datang sejak pukul 13.50 WIT membawa spanduk yang mengecam buruknya penanganan korupsi. “Kami mau setiap koruptor di Papua ditindak tegas sesuai aturan hukum,” ujar Gepamer Alua, Koordinator Pendemo di halaman kantor Kejati Papua.

KNPB menilai selama ini proses hukum belum berjalan seimbang antara rakyat biasa dengan para pejabat yang terganjal kasus korupsi. “Jadi jangan menuduh rakyat separatis, padahal separatis adalah para koruptor di Tanah Papua yang harus di periksa,” terangnya.

Gepamer Alua menjelaskan bahwa korupsi di Papua tergambar dari hasil pemeriksaan BPK terhadap laporan keuangan Provinsi Papua tahun 2009 yang mengindikasikan adanya dugaan penyelewengan dana. “Dimana terungkap banyak laporan keuangan yang dikelola Pemprov Papua tidak bisa di pertanggungjawabkan penggunaannya,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Kejati Papua, Palty Simanjuntak mengatakan pihaknya selalu menangani secara baik kasus korupsi di Papua. “Kasus korupsi semuanya sudah ditangani secara baik, dimana saat ini ada 66 kasus di seluruh Tanah Papua,” kata Party Simanjuntak.

Selamat Jalan Kawan

Setelah dikabarkan hilang sejak Rabu Malam (28/07), Jenazah Ardiansyah Matra'is, wartawan yang pernah bekerja sebagai kontributor ANTV, jurnalis di Tabloid Jubi dan Merauke TV pagi ini ditemukan hanyut terbawa air sungai disekitar Gudang Arang, Merauke. Belum diketahui penyebab almarhum meninggal. Selamat Jalan Kawan! Beristirahatlah dengan tenang!

Selebarsi Titus Bonay, usai Membobol gawang Persela Lamongan dalam lanjutan Divisi Utama PSSI.